Asal Usul Seni Ukir di Kampung Wooinap
*catatan amatiran______
Pengaruh Mitos 'SUANDEI' Terhadap Pengrajin SENI UKIR di Kampung WOOINAP
NaraSumber.
1. Bpk. Amost Marahole
2. Bpk. Elias Kirihio
3. Jerry. Tiar
Pengaruh Mitos 'SUANDEI' Terhadap Pengrajin SENI UKIR di Kampung WOOINAP
Indonesia pada umumnya kaya akan budaya dan seni yang
tersebar luas dari ujung barat Sabang hingga ujung timur Merauke dan salah
satunya adalah kekayaan seni ukir, yang terkenal diberbagai daerah yang kini
dimunculkan dengan motif ukiran yang tersaji dalam karya anak bangsa yakni
kerajinan batik, keramik, dan aneka
kerajinan lainnya. Ada beberapa daerah di Indonesia memiliki kerajinan seni
ukir dari kayu dan memiliki kekhasan tersendiri. Jika di telusuri maka ukiran khas
Papua, Asmat, Jayapura dan Teluk Cenderawasih
yang memiliki ukiran rakyat yang sangat indah dan banyak diminati oleh orang
asing bahkan dalam negeripun batik bermotif Papua sering digunakan sebagai
pemberian cindera mata bagi para tamu atau juga sebagai koleksi dan lain-lain.
Seni ukir yang
dikenal dengan ukiran, atau ragam hias dengan aneka motif adalah sebuah
gambar hiasan dengan beberapa bagian yang berbentuk cekung dan beberapa bagian
lagi cembung baik horishontal maupun
fertikal dan eliptikal yang tersusun dalam bentuk gambar yang sangat indah.
Bentuk bentuk tersebut menjadi kekayaan atau keraifan local yang selalu
terpelihara secara turun temurun
walaupun hingga sekarang ini kearifan local ini belum di lindungi oleh ordonansi resmi namun
kekhasan ini tetap hidup dan muncul dalam berbagai karya seni yang mewakili
daerah tertentu seperti batik ukir
Asmat, Batik Ukir Jayapura, Batik Ukir Teluk Cenderawasih dll.
Kampung waooinap adalah sebuah kampung di Papua. Kampung Wooinap dikenal
oleh masyarakat adat Selat Saireri dengan hasil ukiran kayunya yang unik.
Banyak orang beranggapan, asal usul
kebudayaan seni ukir dari kampung wooinap yang dihasilkan oleh masyarakatnya
berasal dari kebudayaan selat saireri. Padahalnya berdasarkan hasil penelitian
penulis di kampung wooinap dengan beberapa pendapat dan cerita tetua-tetua di
kampung wooinap, keunikan kebudayaan seni ukir diselat saireri pada umunya
berasal dari sebuah legenda yakni kisah ceritera rakyat “Suandei” di kampung
tersebut
Ukiran masyarakat adat kampung
wooinap sangat beragam, kadang berbentuk manusia, perahu, panel, ataupun
perisai dengan beberapa motif yang berbeda. Pola ukirannya-pun berdasarkan
keseharian hidup masyarakat adat kampung wooinap itu sendiri. Salah satu
contohnya yaitu, Motif Tengkorak: Motif ini dikenal dengan beberapa istilah yakni motif
pengawal, motif penolak bala karena filosofi dari ukiran tengkorak ini adalah
bahwa tengkorak adalah tempat kehormatan manusia, akal dan pikiran ada di otak,
dan ukiran ini identik dengan kepemimpinan dan harga diri, dan motif ini dibuat pada tiang –tiang utama rumah adat
atau rumah pendidikan. Dengan maksud bahwa jika seseorang di daulat untuk
memimpin maka ia harus punya harga diri dan penghormatan jika tidak maka ia akan seperti tengkorak
mengerikan.
. “Kebudayaan
seni ukir di kam pung wooinap dapat dipelajari melalui seni ukir yang
dihasilkan oleh masyarakatnya” hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk
mencari informasi, dan mengkaji lebih lanjut mengenai kebudayaan seni ukir kampung
wooinap. Yang akan dikemas dalam penelitian sejarah. Ditambah bahwa Salah satu kebudayaan Irian Jaya yang terkenal hingga ke mancanegara
adalah seni ukir. kebudayaan seni
ukir kampung wooinap telah dikenal masyarakat wooinap pada tahun 1920-an pada mas rak dan masa perbudakan itulah yang
menambah rasa ketertarikan penulis meneliti dan menuliskebudayaan seni ukir kampung wooinap.
Mitos / Cerita Rakyat Suandei
Ukiran pada masyarakat Selat saireri masih bertahan hidup
dan diminati serta ditemukan di berbagai daerah seperti Kepulauan Biak Numfor,
Kepulauan Yapen, Waropen Teluk Wondama dan berbagai daerah lainnya yang
termasuk dalam rumpun budaya Kuripasai, Mananarmakeri, dan Sairei.
Sorotan khusus
dalam penulisan ini adalah motif ukir yang masih ditekuni oleh pengrajin ukir di Kampung Wooinap, Distrik
Wonawa Kabupaten Kepulauan Yapen, yang hingga kini para pengukirnya sudah berkurang
tetapi kebiasaan tersebut masih dipelihara turun-temurun.
Motif ukir ini di ilhami oleh Mitos Suandei Karya Drs.Frits Maurid Kirihio alumni
Universitas Leyden Belanda kisaran Tahun
1950an yang diceritakan dalam
Buku “Dongen Tanah Kita”
Berikut Cerita Rakyat “SUANDEI“
Kalau kamu memperhatikan muka perahu di pulau Yapen dan muka perahu dari orang Biak atau
Wandamen, nampaknya amat bagus dihiasi dengan ukiran-ukiran.Demikianlah nenek
mulai bercerita pada malam hari, ketika anak-anak kecil sudah berkumpul
disekelilingnya. Dari mana asalnya
ukiran-ukiran yang bagus itu, sekarang ini saya mau ceriterakan, Katanya “Dengarkanlah baik-baik” Pada dahulu
kala nenek moyang kita tidak tahu satu titikpun tentang mengukir bunga-bungaan
yang begitu bagus. Sampai suatu kali ada peristiwa, sebuah perahu yang hendak
menyeberang dari Miosnum ke pulau-pulau Ron, sebab angin selatan bertiup amat
kencang, perahu itu tak dapat menyeberang. Lalu masuk mencari pelabuhan yang
aman. Perahu itu masuk pada pelabuhan yang bernama “Mandenaruru“ yaitu di
sebelah barat Pulau Meosnum, Hari mulai petang matahari telah berkurang panasnya,sedang angina
selatan tadi sudah teduh sama sekali.Air laut sudah sekali, saya mau pergi cari
ikan ”Kata Suandei, seorang diantara anak buah perahu itu, sambil mengumpulkan
alat-alat penangkap ikannya, lalu turun kedalam perahu kecil yang
terapung-apung dibelakang perahu besar itu. “Saya ikut” kata Mambri
temannya.tidak berapa lama kedua orang itu berkayuh, makin lama makin jauh dari
perahu besar itu. Mata Suandei tak putus-putusnya mengamati permukaan laut yang
licin itu kalau-kalau ada penyu atau ikan yang kelihatan. Rupanya pengamatannya tidak sia - sia sebab tiba-tiba Mambri
berseru: Suandei coba lihat ada penyu besar disana” Dimana? Tanya suandei
sambil membuka matanya sebesar-besarnya. ”disebelah kanan kita, di darat eee!
Jawab Mambri sambil menuju kearah penyu itu.Oh yak au putar perahu cepat! ”Tanggung
ini sore kita orang akan makan besar! kata Suandei sambil membelok perahu
keduanya kearah penyu itu. Dengan tidak membuat suatu bunyi perahu kecil itu
meluncur menuju penyu itu. Suandei dan Mambri berdayung sambil tunduk supaya jangan
kelihatan pada penyu itu. Tiba-tiba melayanglah tempuling yang tajam menuju
belakang penyu, Dengan tidak memberi ampun mata tempuling itu menembusi kulit
belakangnya. Dengan terkejut penyu itu menyelam kedalam laut yang biru sambil
menunda tali tempuling yang dikemudikan oleh Suandei diatas perahu….. Matahari telah terbenam dilaut sebelah barat
langit menjadi kemerah-merahan, sedang terang siang berubah dengan
perlahan-lahan menjadi kegelapan. Suandei dan Mambri masih lagi terapung - apung
dimuka laut dengan tali tempuling yang masih kencang. Keduanya belum lagi
kembali ke perahu besar,sebab penyu itu masih ada lagi dalam laut.Akhirnya
mungkin penyu itu sudah berkurang sedikit kekuatannya,sebab dengan gampang
sekali Suandei dapat menariknya. Tetapi waktu penyu itu telah dekat ke perahu, ia
tidak bergerak sama sekali,seakan-akan terpuandei punya keberanian dan
kepintaran menangkap penyu tidak merasa keberatan apa-apa.Suandei menyelam dan
Mambri sedang menunggu di perahu ………… sudah 5 menit……….. 10 menit……… 20 menit……
Suandei belum juga kelihatan. ”Hei itu tidak
mungkin.Dalam air orang tidak bertahan
lama. Hati Mabri mulai gelisa dan kuatir…. dengan hati yang berdebar Mambri mencoba memanggil sahabatnya, itu berapa kali
tidak ada jawaban! Berapa kali lagi mencoba memanggil, tetapi……. yang membalas
suaranya hanyalah bunyi suara ombak yang
sayup-sayup bertalu-talu dipantai. Dengan
putus harapan Mambri coba memanggil
sekali lagi. Tetapi waktu ia tidak mendengar jawaban apa-apa sama sekali,iapun
memotong tali tempuling itu lalu berdayung sekuat tenaga ke perahu besar agar
dapat menyampaikan kabar celaka itu. Betapa terkejutnya semua orang yang berada
dalam perahu itu, dengan segera mereka bersama-sama berupaya mencari Suandei
Tetapi……. sampai matahari terbit mereka tidak bertemu Suandei. Seluruh pesisir pantai
teluk dan celah-celah batu diperiksa dengan seksama. Sepanjang hari itu mereka
mencari terus tetapi segala usaha mereka tidak ada hasilnya, Suandei………. sudah hilang dan tidak dapat
ditemukan lagi Apakah yang sudah terjadi dengan suandei itu? Saya tadi bilang,bukankah dia yang menyelam
menuju penyu itu itu? Waktu dia memegang penyu itu lalu hendak membawanya
keatas, dirasanya dengan tiba-tiba bahwa bukannya dia yang menangkap penyu itu
melainkan penyu itu yang sekarang………… menangkap dia. Yang sangat ajaib yaitu
Suandei merasa nafasnya tinggal berjalan seperti biasa. Meskipun Suandei
mencoba dengan segenap tenaganya untuk melepaskan dirinya,tetapi sia-sia
belaka.Waktu dilihatnya bahwa usahanya ternyata gagal,iapun memutuskan akan
menantikan saja dengan sabar apa yang akan terjadi dengan nasipnya. Waktu
Mambri memotong tali tempuling itu Suandei melihat bahwa teman nya yang baru
itu membawa dia menuju ke dasar laut.Suandei menutup matanya dengan
sekuat-kuatnya waktu ia melihat di kiri kanannya ada batu yang besar-besar
seolah-olah bukit-bukit, yang ditimbuni jamur laut dengan berbagai warna.Hanya
yang Suandei masa rasa ialah keduanya ada maju terus.Tiba-tiba Suandei membuka
matanya, sebab ia merasa bahwa keduanya sedang berhenti dan penyu itu
melepaskan dia.Hampir-hampir Suandei berteriak, waktu dia melihat bahwa yang
berdiri dekat dia itu bukan penyu lagi, tetapi…………..seorang gadis yang amat
cantik dan paras rupanya.Rambutnya ikal serta terurai sampai kebelakangnya,
matanya laksana bintang kejora, warna kulitnya kuning langsat, apalagi pipinya
bagaikan manga masak terbela dua. Tetapi
betapa herannnya Suandei waktu dia melihat gadis itu. Tidak ada kakinya sebagai
manusia biasa melainkan gadis itu berekor seperti ikan. Sementara Suandei berdiri
tercengang dan menatap keadaan sekitarnya, terdengalah suatu suara halus dan
lemah lembut berkata Hai manusia jangan
takut sebab saya tidak akan mencelakakan engkau. Saya ini puteri dari raja
hantu laut yang bertempat di pulau Nu Sirang yang berdekatan dengan tempat
engkau menikam saya tadi. Dengan sengaja saya memberi badan saya ditikam oleh
mu, sebab saya merindukan seorang laki-laki muda. Maksud saya akan membawa engkau ke istana
bapa saya. Sayang sekali bahwa saya mesti beritahu kepadamu bahwa engkau tidak
bias pulang lagi kepada kaum keluargamu, sebab engkau akan kawin dengan
saya Jangan engkau kuatir sebab di istana bapak saya tidak ada sesuatu
yang kurang. Coba ikut saya saja, nanti engkau akan lihat semuanya. Saya akan
tunjukan segala keindahan dan kekayaan di istana bapa saya kepadamu. Dengan
perasaan heran yang tak henti-hentinya, Suandei mengikuti perlahan-lahan di
sisi puteri hantu laut itu. Keduanya berjalan
melalui batu-batu yang diatur sebagai meja berturut-turut dan berderet didasar
laut Dikiri kanannya bertumbuh jamur dengan berbagai warna yang membentuk
sebuah jalan raya yang lurus dan permai,
Makin lama jalan itu makin mendaki keatas. Menjadi nyata kepada Suandei bahwa
jikalau perkataan putri itu benar, maka sudah tentu mereka sekarang menuju ke
pulau Nu Sirang. Sebentar lagi kelihatan dimuka keduanya sebuah cela
diantara batu-batu yang besar sebagai
gunung.Inilah pintu gerbang istana bapa
saya,kata hantu laut itu “Kalau kita
lalui pintu gerbang ini, kita masuk ke
dalam istana yang sebenarnya terletak didalam gunung pulau Nu_Sirang itu.
Dengan tidak berkata apa-apa Suandei
ikut terus. Tetapi sebelum keduanya masuk, Suandei melihat bahwa dekat pintu
itu dalam air ada lebih terang dari
jalan yang tadi mereka lalui Ia terus mengerti bahwa niscaya permukaan laut itu
tidak jauh dari situ.
Di dalam Istana itu tidak ada air sama sekali kering
sebagai daratan. Sepanjang dinding kelihatan benda-benda yang amat ajaib.Ada
yang menyerupai botol-botol, yang berisi air-air bermacam warna,sedang diantaranya terletak daun-daun kayu yang masih
hijau Inilah kekuatan-kekuatan kami, kata hantu itu sambil menunjuk ke botol-botol yang ajaib
itu Lihat,dalam empat botol itu yang
terletak disana terdapat empat mata angina yang terbesar jika kami kehendaki
angina barat, kami buka saja dari botol yang pertama, makin longgar penutup
itu,makin kencanglah angina utara dan selatan. Jika kami lepaskan
sumbatnya,dalam sekejap mata saja laut yang tenang menjadi naraka, Sehingga
ombak itu dapat memusnakan segala sesuatu yang terdapat dihadapan nya.
Daun-daun yang kau lihat diantara botol itu, itulah daun kepintaran, lihatlah
yang sedikit kekuning-kuningan itu daun yang bernama daun kepintaran menyanyi,
jika kau makan sepenggal saja dari daun itu engkau akan pandai sekali mengarang
nyanyian dan lagunya serta suaramu amat menawan hati karena merdunya. Daun itulah kami puteri-puteri laut pakai
untuk menyanyi pada malam hari diatas lautan, sehingga manusia dapat terharu
hatinya. YANG HIJAU SEKALI ITU IALAH DAUN
MENGUKIR KALAU KAU MAKAN SEPENGGAL KECIL SAJA
DARI DAUN ITU,KAU AKAN PANDAI SEKALI MENGUKIR MUKA PERAHU DAN
PERHIASANNYA YANG TERBAGUS DISELURUH DUNIA. Begitulah hantu laut
menerangkan satu persatu segala botol-botol dan daun-daun yang ajaib-ajaib di
sepanjang dinding itu, setelah semuanya di jelaskan, maka berkatlah ia kepada
Suandei: Coba kau tunggu sebentar disini, saya pergi beritahu kepada bapa bahwa
saya ada membawa seorang manusia kesini, bapa saya tentu akan senang sekali
dan, tentu ia akan datang bertemu dengan
kamu. Sesudah berkata demikian, iapun
pergi. Dalam sekejap waktu itu juga timbul suatu pikiran baru dalam hati
Suandei untuk mencoba melarikan diri. Jadi atau tidak, tetapi ia tetap mencoba
akan niatnya itu. Dengan tidak berpikir panjang lagi, ia segera memegang daun
kepintaran menyanyi dan daun mengukir itu lalu lari sekencang angina menuju
pintu gerbang. Setibanya ia disana, ia merasa bimbang karena melihat air laut
yang kebiru-biruan itu. Namun tiba-tiba muncullah keberaniannya yang luas biasa
untuk menembusi kedalaman laut itu, Sambil menahan nafasnya, ia berjuang dengan
segala kekuatannya untuk mencapai permukaan air laut. Permukaan air laut itu tidak begitu jauh sebagaimana
yang diduga oleh Suandei. Ketika ia sudah tiba di permukaan laut, dengan segera ia berenang menuju ke
pantai pulau Nu-Sirang yang kira-kira hanya 12 meter jauhnya dari tempat ia
timbul. Matahari sudah hampir tebenam di sebelah barat, dengan memegang daun
kepintarannya tadi dengan harapan akan bertemu dengan manusia lain. Taka da seorang
pun di dunia ini yang dapat menceriterakan akan kesukaan hati Suandei. Tak
berapa lama ia berada di sebelah pulau, dilihatnya disana perahu besar yang
sedang mencari dia itu. Sesudah Suandei naik ke perahu, mereka dengan segera
berdayung meninggalkan pulau yang berbahaya itu. Makin lama makin
jauh perahu itu dari Pulau Nusirang, makin kecillah rupa perahu itu
kelihatan, yam akin kecil ia, tetapi dlamnya sudad ada dua benda yang besar
harganya: Karena muali dari Suandei itu kepintaran menyanyi dan mengukir
berkembang keseluruh teluk Cenderawasih dan lama kelamaan ke daerah lain.
Motif Ukiran Masyarakat Wooinap
Motif ukir berdasarkan keyakinan yang ditekuni selama ini di kampung Wooinap Distrik Wonawa
Kabupaten Kepulauan Yapen
Beberapa motif yang di yakini selama ini di ambil dari motif tumbuhan,hewan bentangan langit,
motif pengawal/penolak bala atau tengkorak kesemuanya di wujudkan dan ragam
hias yang biasanya ditampilkan pada alat-alat
keluarga seperti perahu, Loyang
kayu (sempe) alat kesenian (tifa)
pelampung jaring, semua mengambil makna
simbolik atau filosofi dari wujud aslinya.
1. Motif Tengkorak
Motif ini dikenal dengan beberapa istilah yakni motif
pengawal, motif penolak bala karena filosofi dari ukiran tengkorak ini adalah
bahwa tengkorak adalah tempat kehormatan manusia, akal dan pikiran ada di otak,
dan ukiran ini identik dengan kepemimpinan dan harga diri, dan motif ini dibuat pada tiang –tiang utama rumah adat
atau rumah pendidikan. Dengan maksud bahwa jika seseorang di daulat untuk
memimpin maka ia harus punya harga diri dan penghormatan jika tidak maka ia akan seperti tengkorak
mengerikan
Gambar………..
2. Motif Ukir Ikan Pari/ Gurita
Motif ini memiliki filosofi kelincahan tetapi berduri, ikan pari
maupun gurita memiliki keunikan untuk melindungi diri. biasanya ukiran ini
diwujudkan saat peminangan, jika orang
tua pihak calon anak mantu belum diketahui temperamennya maka saat pinangan pihak perempuan menerima
pinangan dengan menyuguhkan pinang, tembakau dll dalam wada yang diberi ukiran
ikan pari atau gurita untuk mengingatkan
pihak lelaki tentang sifat berduri dan licin ini
3. Motif Tumbuhan
Motif ini filosofinya adalah semangat
juang tak kunjung padam, setiap pemuda
ingin maju, ingin merantau untuk mencari
pengalaman biasanya di gunakan pada haluan perahu ukir untuk mengekspresikan keinginannya untuk maju
Gambar ………………
4. Motif Bentangan Alam
Motif ini bercerita tentang harapan jika
mentari sore menjelang langit cerah maka para tetua akan meramal keadaan esok
hari teduh, hujan dll sehingga harapan
mencari nafaka esok dapat direncanakan
hari ini, dengan demikian filosofi dari ukiran ini adalah harapan masa depan.
Gambar ………….
5. Motif Katak/ Kodok
Binatang yang gemar dan hidup dirawa ini
terkenal sebagai hewan yang buat bising jika saat hujan redah, perumahan dekat
rawa penghuninya terganggu jika simphoni
katak ini bergema, dengan demikian filosopi dari motif ini adalah suka
rebut tapi tapi hasil kerjanya tidak memadai, makna ukiran ini adalah
temperamental banyak ngomong dan menghasut, banyak menuntut tapi tidak
produktif
6. Motif Ikan Terbang
Filosopi dari motif ikan terbang adalah
kelincahan, dan ketangguhan dalam mengarungi samudera, ukiran ini
biasanya di ekspresikan pada
haluan dan buritan perahu dagang atau( Wai iron)
7. Motif Angin Puyuh
Kedasyatan dari angin puyuh atau butuh angin memporak porandakan
alam itulah filosofi dari ragam hias
angin puyuh ini, motif ini biasa di ekspresikan pada haluan perahu yang
digunakan saat lomba perahu dayung, menunjukan bahwa setiap kali mengikuti lomba
pasti mengalakan lawan
Gambar ………………………..
NaraSumber.
1. Bpk. Amost Marahole
2. Bpk. Elias Kirihio
3. Jerry. Tiar
Harus di berjuangkan sejarah..
BalasHapusSalam hormat kampung tetanga kanaki